09 Oktober 2011

Mengenal Nobelis Sastra 2011: Tomas Transtromer

Setelah kumpulan puisi pertamanya 17 Dikter (17 Puisi) diterbitkan pada 1954 saat masih di bangku kuliah, kini di usia 80 tahun ia disebut sebagai penyair paling terkenal dan berpengaruh di Swedia yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa. Penyair ini kemudian di kawasan Skandinavia terkenal dengan sebutan Master of Mysticism karena sering mempersembahkan kesadaran seperti mimpi. Dialah Tomas Transtromer, peraih nobel sastra 2011.

 
Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt menyambut gembira terpilihnya Tranströmer dengan mengatakan minat baca diharapkan meningkat di negerinya. "Saya gembira dan bangga. Saya tahu bahwa telah lama banyak orang berharap untuk ini," katanya.

Buku-buku kumpulan puisinya antara lain The Great Enigma: New Collected Poems (New Directions, 2006), The Half-Finished Heaven (2001); New Collected Poems (1997), For the Living and the Dead (1995), Baltics (1975), dan Windows and Stones (1972).

Tapi, meski diunggulkan, kemenangan Tomas Transtromer yang diumumkan tetap menuai kontroversi, dari yang bersorak kegirangan hingga yang gusar. Pendukung Tomas menyebut kemenangannya sebagai sebuah keharusan. Paul Muldon seperti dikutip New Yorker berpendapat Swedia seharusnya bangga memberikan kehormatan kepada penyair yang sangat berarti bagi dunia. Sementara pihak yang menentang mempersoalkan keputusan Komite Nobel yang lagi-lagi memilih pemenang dari Eropa. Dalam 10 tahun terakhir,Tomas menjadi penulis Eropa kedelapan peraih Nobel.

Pihak Akademi Nobel menilai karya-karya Transtromer sangat kaya perlambang serta gambaran alam negerinya, yang diolahnya intens lewat tema kematian, kesepian dan penebusan. Kemenangan Nobel untuk penyair ini tentulah sebuah hadiah berarti bagi negerinya, yang selama ini hanya dikenal luas karena penulis kriminal Henning Mankel dan kelompok musik pop ABBA.

Dalam perkembangannya, puisi-puisinya bercerita tentang perjalanannya ke Balkan, Spanyol, dan Afrika, juga keresahannya atas konflik Baltik yang ia gambarkan sebagai pertentangan antara lautandaratan. Meskipun memakai bahasa sederhana (yang belakangan ditentang oleh Neil Astley, editor Bloodaxe Books yang baru-baru ini menerbitkan kumpulan puisi Tranströmer’s New Collected Poems seperti dikutip The Guardian), puisi-puisi Tomas Transtromer seperti bernyanyi dan berlapis- lapis. Pilihan kata yang digunakan Tomas dalam puisi-puisinya seringmemiliki banyak tafsir.

Transtromer, yang juga menggemari musik (ia bermain piano dengan tangan kirinya) sudah pernah masuk nominasi hajatan akbar itu pada 1993. Ia lahir pada 15 April 1931, dari pasangan ibu seorang guru dan ayah seorang jurnalis. Penyair Amerika Serikat, Robert Hass, mengomentari karya-karya Tomas Transtromer sebagai “Memberi rasa yang pas tentang bagaimana rasanya menjadi orang kebanyakan yang menjalani hidup di saat segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya."

Swedia sebetulnya pernah pula menyabet Nobel Sastra pada 1974 lewat Eyvind Johnson dan Harry Martinson. Hanya saja kemenangan itu kemudian menyulut kontroversi, pasalnya mereka ternyata bagian dari Akademi Nobel yang membawahi hajatan tersebut.

Tidak ada komentar: