21 Oktober 2011

Cok Sawitri dan Remy Sylado Masuk 5 Besar Khatulistiwa Literary Award 2011

Khatulistiwa Literary Award kembali diselenggarakan dan telah memasuki tahapan 5 besar. Khatulistiwa Literary Award kali ini hadir dengan dua kategori, Fiksi dan Puisi. Masing-masing  pemenang akan mendapat hadiah Rp50.000.000.  Dikategori fiksi dua penulis senior, yang kebetulan juga aktif dalam dunia teater, Cok Sawitri dan Remy Sylado, masuk melalui buku Tantri, Perempuan yang Bercerita (Penerbit Buku Kompas, Mei 2011) dan Hotel Prodeo (KPG, Juli 2010).

Remy Sylado adalah nama pena dari Yapi Panda Abdiel Tambayong. Ia lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945. Ia adalah salah satu sastrawan terkemuka Indonesia. Novelnya, Hotel Prodeo bersetting kejadian tahun 98-an menjelang akhir era Orde Baru. Berkisah tentang kehidupan rumah tangga Kombes DB Darsana (DBD) dan Bu Intan istri keduanya , anak tiri DBD yang bernama Marc. Juga cerita tentang perselingkuhan DBD dengan Jeng Retno istri mantan seorang bankir terkemuka yang di nusakambangankan karena terpidana korupsi. Juga pertemanan DBD yang ahli masalah cina dengan seorang pengusaha bernama James Wijaya.

Cerita di mulai dari ketidak sukaan DBD terhadap Marc yang dianggap kurang ajar terhadapnya dan DBD merekayasa kematian Marc dengan melibatkan beberapa orang antek2anya bahkan pacar Mark juga, dengan berbagai cara yang keji namun dengan skenario rapi khas seorang yang terlatih di kepolisian.

Bukan cuma merekayasa kematian Marc, DBD juga merekayasa apapun yang dia mau dengan menghalalkan segala cara, mengatur rekayasa pengadilan, melakukan penipuan dalam bisnis tanah dengan mengatur kematian pemilik tanah, menganiyaya selingkuhannya, membunuh antek2nya yang dianggap berbahaya dan menguburkannya di dalam rumah rahasianya juga diam2 mendalangi pembantaian keluarga James Wijaya dengan mendompleng dalam kerusuhan Cina 1998.

Dan setelah akhirnya Orde Baru runtuh, DDB sang kombes yang tidak pernah naik pangkat lagi dan sebelumnya duduk di kursi parlemen, dengan dihapuskannya TNI dan Polri dari Parlemen maka DBD pun di bebas tugaskan.
Masa2 inilah akhir dari kekuasaan sang mantan kombes, nasibnya kian terpuruk ketika akhirnya Ibu Intan istrinya yang sangat percaya bahwa DBD terlibat pada kematian Marc terus berusaha untuk membawa DBD ke pengadilan dengan di bantu sorang pengacara cemerlah Juminah.

Pada sidang pengadilan inilah satu persatu kejahatan DBD terbongkar berkat saksi2 yang semula adalah orang kepercayaannya kemudian berubah menjadi saksi yang memberatkan sampai kemudian DBD pun menikmati hidup di hotel prodeo Nusakambangan hingga akhir ajalnya yang tragis, dibunuh dengan skenario yang sama persis dengan skenario yang pernah dia buat untuk membunuh suami Jeng Retno di Nusakambangan.

Sedangkan Cok Sawitri lahir di Sidemen, Karangasem, Bali, 1 September 1968, kini tinggal di Denpasar, Bali. Ia terkenal sebagai aktivis teater. namun selain berteater Cok juga menulis beberapa artikel, puisi, cerita pendek dan juga aktif dalam aktifitas budaya sosial sebagai pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali ditahun 1997 dan Kelompok Tulis Ngayah ditahun 1989. Cok tercatat sebagai salah satu dari penasehat The Parahyang untuk majelis Desa Pekraman atau desa dat) di Sidemen, Karangasem, Bali. Ia juga aktif dalam organisasi yang bergerak dalam bidak perempuan dan kemanusiaan sampai grup-grup teater di Bali.

Bukunya Tantri, Perempuan yang Bercerita (Penerbit Buku Kompas, Mei 2011) menyuguhkan penggalan-penggalan fabel yang mengandung keteladanan soal bagaimana sepatutnya kita menghargai dan menjalani hidup.

Ada pula patokan-patokan moral tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku dan berkomunikasi dengan orang lain. Lewat hewan-hewan rekaannya, Tantri, perempuan pendongeng dalam novel ini, menyodorkan sudut pandang “dari seberang” yang tidak sama dengan pandangan mata keseharian kita.
Bagaimana ia bisa memiliki begitu banyak kisah berbingkai yang pada akhirnya mampu menundukkan seorang raja bengis? Binatang-binatang dihidupkan dan bertingkah seperti manusia. Mengingatkan kita pada filmfilmanimasi Hollywood yang membanjiri pasar komoditas hiburan kita. Dengan bahasa yang indah, binatang-binatang itu ditampilkan sebagai makhluk-makhluk lokal yang dekat dengan kita. Bahkan, seakan mereka adalah diri kita sendiri.

Kembali ke KLA, di bawah ini kami umumkan daftar 5 besar judul karya dan nama-nama penulis yang telah tersaring dari proses penjurian KLA bagi anda penikmat sastra, masyarakat pembaca, para akademi, dan praktisi sekalian


Fiksi
1. Lampuki
Arafat Nur
Serambi, Mei 2011
2. Hotel Prodeo
Remy Sylado
KPG, Juli 2010
3. Tantri, Perempuan yang Bercerita
Cok Sawitri
Penerbit Buku Kompas, Mei 2011
4. Tak Ada Santo dari Sirkus
Seno Joko Suyono
Lamalera, September 2010
5. 86
Okky Madasari
Gramedia Pustaka Utama, Maret 2011

Puisi
1. Perempuan yang Dihapus Namanya
Avianti Armand
a publication, November 2010
2. Segara Anak
Sindu Putra
Pustaka Ekspresi, September 2010
3. Luka Mata
Hasan Aspahani
Penerbit Koekoesan, Juli 2010
4. Pembuangan Phoenix
A Muttaqin
Amper Media, Maret 2011
5. Buli-buli Lima Kaki
Nirwan Dewanto
Gramedia Pustaka Utama, November 2010
Jakarta, 21 Oktober 2011
Panitia KLA

Tidak ada komentar: