Banyak pecinta sastra di negeri ini mengaku sangat kehalangan dengan
meningalnya Lan Fang. Bahkan saat digelar pembacaan cerpen-cerpen karya Lan Fang di Kampoeng Media
Suara Surabaya Jl. Wonokitri Besar 40 C, Selasa (3/1/2012), sejumlah tokoh nasional dan Jawa Timur tampak hadir. Ini
adalah bagian Festival Lan Fang yang digelar 3 bulan sampai puncaknya
tanggal 11 Maret 2012 bersamaan ulang tahun Lan Fang. Sejumlah tokoh yang hadir dan membacakan karya-karya Lan Fang
diantaranya : Saifulah Yusuf Wakil Gubernur Jawa Timur, La Nyalla
Mattalitti Ketua Kadin Jatim, Indah Kurnia anggota DPR RI, Prof. Budi
Darma akademisi dan sastrawan dari Unesa, Errol Jonathans Dirut Suara
Surabaya Media, Sirikit Syah praktisi dan pengamat pers, Ahmad Munir
Ketua PWI Jatim, Dhimam Abror mantan Ketua PWI Jatim, Leak Kustiya
Pimred Jawa Pos, Johan Budhi Sava owner toko buku Toga Mas, dan Wina
Bojonegoro.
Rully Anwar penggagas Festival Lan Fang mengatakan kegiatan ini dimaksud bukan untuk menyesali meninggalnya tokoh sastrawan muda itu, melainkan mensyukuri sekaligus merayakan bahwa Jawa Timur pernah punya sastrawan hebat. “Karya-karyanya sudah begitu banyak dikenal, kontribusinya pada publik begitu besar di dunia sastra. Kita ingin membagi karya-karya Lan Fang lebih luas ke publik sepeninggal beliau,” kata dia.
Lan Fang Novelis perempuan asal Surabaya meninggal dunia setelah
berjuang melawan penyakit kanker hati yang dideritanya beberapa bulan
belakangan. Ia meninggal dalam upaya perawatan di RS Mount Elizabeth
Singapura, Minggu (25/12/2011) siang.
Festival ini dibuka dengan pembacaan karya-karya Lan Fang oleh sejumlah
tokoh di Hall Suara Surabaya Media dilanjutkan diantara mereka mengisi
aktivitas on air di Radio Suara Surabaya. Cerpen karya Lan Fang yang dibacakan dalam acara tersebut berjudul Qiu Shui Yi, Bai She Jing, dan Malam-Malam Nina.
Lan Fang adalah tokoh penting khususnya di Surabaya.
Meski kanker mendera tubuhnya, namun ibu 3 anak itu tetap produkif dan
menyembunyikan rasa sakit yang dideritanya. Perginya Lan Fang membuat
Surabaya kehilangan novelis beretnis Tiong Hoa tapi mampu menembus
batas-batas primordial dan agama. Lan Fang dikenal
memiliki semangat luar biasa untuk terus berkarya. Lan Fang juga dikenal dengan julukan "Gus Durian" atau pengikut Gus Dur
sehingga tidak aneh jika dia dekat dengan sejumlah tokoh ulama
Nahdlatul Ulama. Pertemuan-pertemuannya dengan kalangan ulama itu
seringkali kemudian ditulis oleh Lan Fang di sejumlah koran harian di
Surabaya. Tulisan-tulisan ringan perempuan kelahiran Banjarmasin, 5
Maret 1970 tersebut seringkali memberi inspirasi karena menyangkut
kehidupan seorang tokoh.
Lan Fang dikenal sebagai sastrawan yang humanis dan pluralis. Karena itu
rangkaian acara Festival Lan Fang tidak hanya ingin mengenang Lan Fang
dari sisi karya sastra, tapi juga kehidupan dan perjuangan Lan Fang yang
selama ini telah bersentuhan dengan banyak komunitas, kelompok dan
berbagai isu pluralisme serta kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar