11 Juli 2013

Mengenal Harper Lee dan To Kill A Mockingbird

To Kill A Mockingbird menjadi buku paling laris pada 1960. Buku tersebut dianugerahi penghargaan Pulitzer pada 1961 untuk kategori fiksi dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa (termasuk bahasa Indonesia).

Pada 1962 Horton Foote membuat sebuah film berdasar novel itu, yang kemudian memenangi empat kategori Academy Award, termasuk kategori aktor terbaik untuk Gregory Peck. Hingga kini, To Kill A Mockingbird adalah salah satu buku babon dalam kesusastraan berbahasa Inggris, sejajar dengan Oliver Twist, Heart of Darkness, Catcher in the Rye, dan Jane Eyre.

Ketika Harper Lee menerbitkan To Kill A Mockingbird pada 11 Juli 1960, dia tidak punya ambisi sastra yang muluk-muluk, misalnya novel itu akan menjadi buku yang sangat bersejarah. Harapan terbesarnya adalah orang akan menyukai buku itu - satu-satunya karya fiksi yang dia terbitkan - sehingga dia memperoleh tambahan semangat untuk terus menulis.

Ms Nelle Harper Lee lahir pada 28 April 1926 di Monroeville, Alabama, AS. Dia tumbuh sebagai seorang gadis tomboi -persis sosok Scout, tokoh hero dalam To Kill A Mockingbird. Dia mudah dibedakan dengan siswi lain di sekolahnya, sekolah putri Huntington College, Montgomery, karena dia tidak peduli pada tata rias atau kencan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar dan menulis. Ketika pindah ke University of Alabama, Lee dikenal sebagai penyendiri dan individualis. Semester berikutnya, sepulang dari program pertukaran pelajar di Oxford University, Inggris, dia DO dan pindah ke New York City untuk mengejar karir sebagai penulis.

Di New York City, Lee berganti-ganti pekerjaan, mulai agen penjualan tiket untuk Eastern Airlines hingga British Overseas Corp. Setelah bertemu dengan teman masa kecilnya, Truman Capote, dia berkenalan dengan Michael Martin Brown, komposer Broadway. Pada 1956, sebagai hadiah Natal, Brown berjanji memenuhi semua biaya hidup Lee selama setahun. Lee tidak perlu bekerja lagi dan bisa berkonsentrasi menulis. Pada 1959 manuskrip karya fiksi pertama Lee - dan satu-satunya yang diterbitkan - selesai. Mulanya dengan judul Go Set a Watchman, kemudian diganti menjadi Atticus, dan akhirnya diganti lagi dengan judul yang kita ketahui sampai sekarang.

Pada 2010 Lee berusia 84 tahun. Dia tinggal di kota tempat dia tumbuh besar di Alabama dan memencilkan diri dari pergaulan sastra. Sejak 1964, dia tidak pernah bersedia diwawancarai karena menganggap bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepadanya sama. Lee menyatakan bahwa kehidupan pribadinya tidak cukup menarik untuk diceritakan.

Katanya, ''Kecuali To Kill A Mockingbird, tidak ada yang membuat orang tertarik kepada saya selama 34 tahun ini.'' Hanya sekali-kali dia muncul di depan publik, misalnya ketika dia menerima Presidential Medal of Freedom dari George W. Bush pada 2007.

To Kill A Mockingbird adalah sebuah novel realis yang mengandung beberapa tema, yaitu tentang masa pertumbuhan anak-anak menjadi remaja, toleransi, rasialisme, dan ketidakadilan. Cerita dikisahkan dari sudut pandang akuan oleh seorang narator bernama Jean Louise ''Scout'' Finch. Scout tinggal di Maycob, sebuah kota kecil di Alabama, pada 1930-an dengan saudara laki-lakinya, Jem, dan ayahnya, Atticus. Saat itu AS dilanda depresi, tetapi keluarga Atticus bisa bertahan karena Atticus adalah pengacara yang sukses dan disegani.

Scout dan Jem memasuki masa remaja dengan belajar tentang cara menilai orang lain. Mereka mengamati kehidupan seorang tokoh bernama Boo Radley, tetangga mereka yang misterius dan hidup memencilkan diri. Mulanya, mereka menganggap Boo sebagai orang aneh yang menakutkan. Namun, pada akhirnya mereka tahu bahwa Boo adalah orang baik yang menyelamatkan Jem ketika diserang Mr Ewell.

Kedua anak itu juga belajar tentang keadilan dan ketidakadilan di gedung pengadilan, ketika Atticus membela Tom Robinson, seorang pemuda berkulit hitam. Tom dituduh hendak memerkosa seorang wanita kulit putih dan diajukan ke pengadilan. Walaupun Atticus bisa membuktikan bahwa Tom tidak bersalah, karena tekanan masyarakat yang didominasi orang kulit putih, Tom tetap dinyatakan bersalah dan dihukum.

''Mockingbird'' adalah simbol untuk keluguan yang telah tercederai. Masa kanak Scout dan Jem adalah ''mockingbird'' yang polos namun ''tercederai'' ketika mereka menyaksikan dan belajar tentang relasi sosial di antara sesama orang kulit putih maupun antara orang kulit putih dan kulit hitam. Tom Robinson adalah ''mockingbird'' yang tak bersalah, tetapi ''tercederai'' karena dia tetap dijatuhi hukuman mati. Boo Radley adalah ''mockingbird'' yang salah dimengerti karena dia dianggap sebagai orang aneh. Atticus, pengacara yang bersedia membela Tom di pengadilan, adalah ''mockingbird'' yang pernah kehilangan sisi baiknya.

Tetapi, ''mockingbird'' juga dapat menjadi simbol tentang toleransi dan penghormatan terhadap hak makhluk lain untuk tetap hidup dan berkarya. Kata Atticus, ''Mockingbird bernyanyi dengan sepenuh hatinya untuk menghibur manusia. Kita tidak boleh membunuhnya.'' Hal itu sama dengan mengakui bahwa orang lain, seberapa pun berbeda warna kulit atau karakternya, ada bersama-sama (being together) dengan kita dan menjadikan hidup kita bermakna.

Pelajaran dari novel ini bagi kita di Indonesia adalah bahwa Amerika Serikat, yang dikenal sebagai melting pot berbagai budaya dunia itu, pernah melewati fase kelam dalam sejarah relasi sosial antarwarganya. Namun, seperti semboyan Barack Obama, warga AS bisa berubah menjadi masyarakat yang lebih toleran terhadap perbedaan sehingga mereka dapat menerima jika presiden mereka saat ini adalah keturunan kulit hitam. Tentu Indonesia juga bisa berubah.

*Source: http://lake-innisfree.blogspot.com

Tidak ada komentar: