19 November 2008

Jejak Petualangan Karl May

Karl Friedrich May lahir pada tanggal 25 Februari 1842 di lingkungan keluarga miskin di Ernstthal. Sejak lahir, Karl kecil menderita cacat buta karena kekurangan vitamin A dan D. Untungnya, saat ia berumur 5 tahun, Karl kecil dioperasi sehingga ia bisa melihat lagi.

Karl adalah penulis Jerman yang sangat populer dengan karya terlaris sepanjang masa. kebanyakan buku-bukunya bersetting petualangan di alam liar Amerika, Oriental, dan daerah Timur Tengah. Karl May terkenal dengan cara menggarap pokok cerita yang menimbulkan gambaran sangat menarik bagi siapapun yang membacanya. Kisah-kisah tentang orang Indian yang melawan orang kulit putih yang mendesak mereka, dan nilai-nilai keberanian, kejujuran, serta keadilan yang tersirat di dalamnya adalah seesuatu yang berharga dari karya-karyanya.

Selain menulis novel, Karl juga menulis beberapa puisi dan beberapa naskah lakon. Ia juga mahir memainkan beberapa alat musik dan mengkomposisi musik. Versi musik "Ave Maria" menjadi sangat terkenal oleh Karl.

Karl menyelesaikan sekolah keguruan dan menjadi guru di Waldeburg dan Plauen. Mengajar pada masa itu tidak menjanjikan imbalan yang layak, bahkan tidak sebegitu dipandang dalam status sosial. Karirnya sebagai guru tiba-tiba berakhir pada tahun 1863 ketika lisensi mengajarnya dicabut secara permanen, rekan apartemennya menuduhnya mencuri sebuah jam saku. Hal ini tampaknya cukup memukul mental Karl, ia didiagnosa mendapat dissociative identity disorder, yang menyebabkan beberapa tahun kemudian dia mendapat beberapa tuduhan serupa yang mengantarnya dua kali masuk penjara.

Selama masa menjadi tahanan, Karl mulai banyak membaca, terutama buku geografis yang mengilhaminya untuk menulis buku petualangan. Karl cukup lama menunggu hingga dapat menerbitkan karya pertamanya pada tahun 1875. Karl menapaki karir kesuksesan sebagai penulis pada tahun1892, ketika 'Winnetou I' tercetak dalam edisi buku dan meledak menjadi sangat populer.

Karl menjadi terkenal setelah itu, penggemar-penggemar karyanya bahkan muncul dari ragam kalangan atas, seperti Adolf Hitler, Albert Einstein, Herman Heiss, dan Bertha von Suttner. Konon, remaja Indonesia tahun 30-an, yang kemudian dikenal sebagai perintis kemerdekaan, mengenal arti kemerdekaan setelah membaca buku-buku Karl May.

Winnetou adalah buku Karl May yang paling populer, di Indonesia diterbitkan ulang oleh Pustaka Primatama. Buku ini menceritakan petualangan orang Eropa hingga tanpa sengaja bertemu Winnetou, seorang kepala suku Indian Apache. Orang Eropa tersebut adalah Old Shatterhand, karena ia memiliki kekuatan pukulan tangan yang cukup kuat.

Winnetou menjadi Ketua Suku indian Mescalero-Apache setelah ayahnya, Intschu-tschuna, dan adiknya, Nscho-tschi mati terbunuh oleh seorang bandit kulit putih bernama Santer. Ia menunggang kuda yang bernama Iltschi yang berarti angin, dan memiliki senapan perak, senapan berlaras ganda yang terkenal karena popornya dihiasi dengan hiasan terbuat dari perak.

Pertemuan Old Shatterhand dan Winnetou melalui serangkaian cerita pendahuluan yang sangat dramatis, sehingga tumbuhlah persahabatan kekal antara Old Shatterhand dan Ketua Suku Apache itu. Old Shatterhand kemudian menjadi saudara sedarah dari Winnetou yang menunggang saudara Iltschi, yang dinamakan Hatatitla yang berarti kilat. Dua tokoh ini membuktikan keahlian berkelahi secara jantan namun di samping itu juga memberikan pengasihan bagi manusia lainnya. Cerita ini sengaja melukiskan suatu pandangan “kebaikan” sebagai bawaan lahir manusia yang selalu dihadapkan pada musuh-musuh yang “sakit”.

Seri novel lain yang menuai sukses dari Karl May selain Winnetou bersetting di Kekaisaran Ottoman. Tokoh protagonis yang menjadi narator menyebut dirinya Kara Ben Nemsi, yang melakukan perjalanan dengan pelayan sekaligus pemandu lokal Hadschi Halef Omar melintasi gurun Sahara yang menawarkan petualangan yang menyasyikkan. Seperti Winnetou, seri novel Kara Ben Nemsi kurang lebih menawarkan hal yang sejenis; kesamaan sudut pandang orang pertama, yaitu oleh narator Old Shatterhand dan Kara Ben Nemsi, serta keluasan referensi dan kekuatan karakter-karakter pendukungnya.

Kebanyakan buku-buku Karl memang ditulis dengan sudut pandang orang pertama, yaitu sudut pandang narator yang berperan sebagai tokoh protagonis. Karl juga pernah menggunakan banyak nama samaran (pseudonyms), seperti Capitan Ramon Diaz de la Escosura, M. Gisela, Hobble-Frank, Karl Hohenthal, D. Jam, Prinz Muhamel Lautreamont, Ernst von Linden, P. van der Lowen, Franz Langer, dan Emma Pollmer. Sekarang ini semua karyanya diterbitkan dengan nama aslinya sendiri.

Ketika menulis Winnetou, Karl tidak pernah melancong ke bagian barat Buffalo, New York. Ia baru sekali mengunjungi Amerika Utara pada tahun 1908. Jauh setelah ia menulis novel yang bersetting di sana. Kecemerlangan ceritanya merupakan kombinasi imajinasi, kreativitas, dan sumber-sumber faktual, termasuk peta, akun perjalanan, buku guide, dan pengetahuan antropologi serta linguistik yang digalinya, menutupi sisi kelemahan pengalaman langsungnya di dunia western.

Karl May meninggal pada 30 Maret 1912 karena sakit paru-paru. Karya-karyanya telah diterjemahkan lebih dari 30 bahasa berbeda, termasuk bahasa Hebrew, Latin, Volapuk, Esperanto, dan Ido. Lebih dari 200 juta kopi buku-buku Karl terjual diseluruh dunia. Pada periode tahun 1960-an, beberapa novelnya juga diadaptasi menjadi sekitar 16 film. Buku-bukunya telah memberi sesuatu yang berharga, yaitu keindahan masa persahabatan antara ras-ras yang berbeda.

The Kalr May Society didirikan pada tahun 1969 untuk memeringati hidup dan karya-karyanya. Tempat tinggalnya di Radebeul, dekat Dresden, Jerman, dibuat menjadi museum yang didedikasikan untuknya dan koleksinya yang merupakan artefak suku pribuni Indian di Amerika.

Tidak ada komentar: