04 Februari 2009

Realitas, Rasionalitas, dan Sentimentalitas

Menjadi laki-laki, bagi Hary Silver, merupakan satu dilema panjang yang harus dilalui. Semuanya berawal dari satu kesalahan kecil. Hary sudah memiliki segalanya: istri yang cantik, putra yang tampan, dan sebuah pekerjaan bergengsi di televisi. Tapi perselingkuhan semalam membuatnya kehilangan segalanya.

Berbagai persoalan membuatnya harus mempelajari lagi arti cinta dan kehidupan. Jika dibandingkan di negara kita, yah tema-tema ini mungkin baru saja mulai mendapatkan realitas sesungguhnya.

Tapi di belahan dunia sana, tema ini merupakan realitas umum dan menjadi keprihatinan. Hary Silver menjadi sosok yang asing dan sangat fenomenal sebagai laki-laki. Man and Boy, novel ini, sangat ringan dibaca, rasanya cukup asyik bagi laki-laki yang sudah menginjak masa pernikahan.

Novel dengan tema jenis ini biasanya digarap oleh novelis wanita dengan chicklit-nya. Sangat jarang saya membaca cerita-cerita tentang permasalahan seputar rumah tangga dalam sudut pandang laki-laki yang ternyata sangat enak untuk dinikmati. Banyak hal dari kehidupannya yang asyik untuk dibicarakan, misalnya tentang pernikahannya, memiliki seorang putra, pekerjaan, perselingkuhan, perceraian, mengasuh anak, mencari pasangan, ataupun tentang membangun sebuah rumah tangga baru lagi.

Semuanya bermula ketika dia mulai menyadari beberapa hal menjelang ulang tahunnya ke-30. Berpikir bahwa ada dua pilihan yang biasa terjadi: merayakan bersama teman-teman lajang yang ceria di bar atau restoran eksklusif? Atau dikelilingi istri yang penuh cinta dan beberapa anak kecil manis dalam kehangatan rumah keluarga? Hal itu menimbulkan tidak percaya diri, hingga Hary membeli sebuah mobil baru baginya, sebuah MGF yang sporty dan berjiwa muda. Itupun setelah Gina menyetujuinya, karena ia tidak ingin Hary terus-terusan meratapi masa-masa yang dirasanya telah ia lewati dan tidak akan kembali.

Tidak ada yang salah dengan pernikahannya. Hanya saja ia menikah ditengah kebanyakan laki-laki seumurnya tengah bersenang-senang menikmati kematangan sebagai laki-laki; menikmati karir, apartemen pribadi, dan mengejar gadis-gadis. Hary telah melangkah dan dijejali masalah rumah kontrakan, tagihan-tagihan, dan suara tangis Pat, putranya, disaat akan memadu kasih. Gina istrinya, pun bukan pula perempuan yang konvensional. Selain cantik (bahkan saat pertama kali Hary melihatnya, ia menganggap Gina jauh dari jangkauannya) dia sangat terpelajar, dan demi Hary dia rela mengorbankan beberapa tawaran kerja di luar negeri.

Gina adalah produk rumah tangga broken home yang umum terjadi. Ia dibesarkan sendirian oleh ibunya, sementara Glenn, ayahnya, adalah tipikal lelaki yang suka gonta-ganti pasangan, dan kabur di kemudian hari ketika mulai bosan. Sebaliknya Hary adalah produk keluarga konvensional, dengan kedua orang tua lengkap.

Rumah adalah tempat yang nyaman baginya untuk berbagi. Hal itulah yang menarik bagi Gina, dia memilih Hary karena ia yakin Hary bukanlah tipikal laki-laki yang dikenalnya lekat dengan sosok ayahnya, Glenn. Dia menginkan anak-anaknya kelak dapat diasuh lengkap oleh dua orangtua kandungnya. Menarik sekali dibaca, karena novel ini melalui tokoh-tokoh di sekitar Hary dan Gina, seolah menggambarkan bahwa keluarga lengkap adalah sesuatu yang langka dijumpai.

Gambaran lain yang menarik adalah bagaimana Hary melukiskan perasaannya saat putranya, Pat, lahir. Terlintas di dalam pikirannya, kekagumannya, dan ketakutannya pada sosok mungil yang sangat tampan, yang mengingatkannya pada banyak hal. Dia teringat perasaan ketika istrinya menyatakan beredjia menika dengannya. Ia teringat pada ayahnya yang pahlawan sejati, baik di medan pertempuran maupun dalam kehidupan rumah tangga. Tapi bagaimanapun sebagai laki-laki kemudian ia juga terpeleset.

Saat terjadi kekacauan di tempat kerjanya, suatu hari, sekretaris barunya yang menawan membuatnya khilaf, dia berselingkuh untuk pertama kali dalam hidupnya. Perselingkuhan singkat, tanpa tendensi apapun, tapi sialnya hal itu diketahui istrinya. Mulailah jalan hidupnya sebagai laki-laki diuji. Dia dipecat karena kekacauan show terakhir yang digawanginya, dan ditinggal pergi istrinya.

Gina, Istrinya, menuntut lagi karirnya yang hilang, dia mengambil pekerjaan di Jepang yang dulu juga pernah ditawarkan padanya. Hary pun mulai belajar mengurus Pat, anaknya, sendirian sebagai orangtua tunggal. Awalnya hal ini membuatnya kacau balau. Memandikan, menemani bermain, mengantar sekolah, membuatkan sarapan dan makan malam, dan kerja paruh waktu agar ia dapat mengurus anaknya. tanggung jawab baru sebagai laki-laki. Masalah timbul ketika dia mulai menikmati kehidupan barunya, dan istrinya, yang sudah menemukan pasangan baru, mempertanyakan hak atas Pat. Jadilah tarik ulur siapa yang akan mengasuh Pat.

Banyak kilasan pertanyaan yang sebagai laki-laki yang bermunculan. Misalnya, bagaimana dia mulai bertanggung jawab atas anaknya, bagaimana dia mulai belajar menjadi laki-laki dan membandingkan dengan apa yang telah dicapai oleh ayahnya, bagaimana ia memilih pasangan baru yang sesuai, bukan hanya untuknya, tapi dengan anaknya; bagaimana dia menyesuaikan diri dengan hal-hal yang telah melekat pada pasangan baru, dalam kasus Hary adalah dengan Peggy, anak pacar barunya, Cyd, hasil pernikahan dengan suami sebelumnya.

Man and Boy (Lelaki Itu dan Putranya) merupakan novel pertama dari Tony Parsons, seorang wartawan musik yang biasa meliput perkembangan musik punk rock baru untuk NME (New Musical Express). Beberapa liputannya yang memenangkan penghargaan dimuat di majalah-majalah seperti GQ dan Elle. Akhir-akhir ini bekerja sebagai kolumnis The Mirror dan secara teratur tampil dalam acara Late Review di BBC serta dalam film-film dokumenter yang diproduksinya. Bagi yang ingin hanyut di antara pikiran rasional laki-laki dan sentimentalitasnya, novel ini menggarapnya dengan lugas.

Tidak ada komentar: